Halo Sobat Bunda, kali ini informasi yang akan dibagi adalah sesuatu yang enggak jauh dari keseharian kita semua. Yups .... kita akan membahas manfaat dan cara membuat kompos dari sampah rumah tangga.
SAMPAH
Siapa yang tak mengenal sampah dan siapa yang tak pernah berjumpa sampah? Apalagi kaum Ibu, pastilah sehari-harinya bergaul dengan kumpulan benda yang menjijikan tersebut.
Apa saja sampah yang disumbang dari setiap rumah tangga?
- Sampah Sayur / Buah dari dapur
- Sampah Hewani dari dapur
- Sampah sisa masakan dari dapur
- Sampah ranting & dedaunan dari halaman
- Sampah plastik, botol, kertas, besi dll
- Dll
Sobat Bunda harus bisa lho membedakannya! 😊
Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa mahluk hidup yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk prosesnya.
Apa saja yang termasuk Sampah Organik?
Sampah organik terbagi menjadi 2 tipe:
- Sampah organik basah atau disebut juga Sampah Hijau; sampah organik yang banyak mengadung air. Sampah organik basah contohnya adalah sisa sayur, kulit pisang, buah yang busuk, kulit bawang dan sejenisnya yang dapat menimbulkan bau tidak sedap sebab sampah jenis ini cepat membusuk.
- Sampah organik kering atau disebut juga Sampah Coklat; sampah organik yang sedikit mengandung air. Contohnya adalah batang kayu, ranting pohon dan daun – daun kering. Kebanyakan sampah organik jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk, sehingga secara umum lebih sering dibakar untuk memusnahkannya.
Sampah Hijau yang sifatnya basah mengandung nitrogen tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan Sampah Coklat sifatnya kering sehingga warnanya cenderung gelap (kecoklatan) mengandung karbon tinggi.
Kedua zat tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itulah baik sampah hijau maupun sampah coklat bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan, agar unsur hara yang menjadi kebutuhan tanaman dapat terpenuhi.
Sebelum membahas cara membuat kompos, ada baiknya Sobat Bunda juga memahami apa yang disebut dengan Sampah Anorganik.
Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit terurai. Sampah anorganik yang tertimbun di tanah dapat menyebabkan pencemaran tanah karena sampah anorganik tergolong zat yang sulit terurai dan sampah itu akan tertimbun dalam tanah dalam waktu lama, ini menyebabkan rusaknya lapisan tanah.
Yang termasuk dalam sampah anorganik adalah plastik, besi, aluminium, kaca dll.
Dalam proses memilih dan memilah Sobat Bunda bisa merujuk pada 3R;
- Reduce, dengan maksud agar masyarakat mengurangi penggunaan produk / barang yang tidak bisa diuraikan secara alamiah
- Reuse, menggunakan kembali produk / barang
- Recycle, mendaur ulang produk / barang tersebut menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan
Nah jelas sudah, bahwa ternyata limbah itu masih bisa kita manfaatkan. Bahkan kalau kita berhasil mengelolanya dengan benar, kita sudah membantu menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Gimana Sobat Bunda, tertarik enggak untuk memanfaatkan sampah dapur dirumah kita dengan benar?
KOMPOS
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal luas di masyarakat. Kompos berasal dari hasil pelapukan bahan organik, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Seperti sudah Bunda jelaskan diatas, bahan utama kompos adalah sampah yang berasal dari dapur. Kulit buah, sisa sayur mentah, cangkang telur, kulit kacang, dan bahkan bubuk teh / kopi semuanya dapat dibuat kompos. Namun hati-hati dengan minyak atau produk dengan kandungan minyak yang sangat tinggi, seperti sisa lauk, selai kacang, saus salad, dan mayones, harus dihindari. Sebab, bahan tersebut akan cenderung menarik hama, dan juga mengganggu keseimbangan kelembapan di kompos Anda.
Kompos atau disebut juga pupuk kompos dipergunakan agar tanaman dapat tumbuh dengan subur.
Keren kan Sobat Bunda, dari sampah yang kesannya tak berguna dan menjijikkan ternyata dapat dipergunakan untuk menyuburkan tanaman. Bahkan dalam skala besar bisa menghasilkan cuan lho! 😉
Bunda sendiri belajar bersama Sustanation, kelompok anak muda yang sangat peduli dengan kelestarian bumi dengan menerapkan langkah besar untuk mengelola sampah dan membatasi penggunaan plastik. Mereka mengadakan workshop selama 2 hari untuk melatih memilah sampah dan mendaya gunakannya.
Yuk kita simak dulu penjelasannya, nanti kita praktekkan ... ... 👀
Nah ... gimana Sobat Bunda serukan? tertarik enggak untuk mencoba?
Bunda sudah coba lho, bisa nih disimak oleh sobat semua 👇
Proses Membuat Kompos
- Sediakan ember kompos / composter bin
Pertama-tama sobat harus menyiapkan wadah untuk membuat kompos. Tidak harus membeli baru, namun diusahakan memenuhi syarat utama;
- Ada tutupnya
- Ada lubang udara yang di tutup kain kasa
- Ada sarangan / agar air terpisah dari materi kompos
- Ada kran untuk mengeluarkan air dari wadah
Karena di tempat tinggal kami susah mendapatkan wadah yang sudah jadi, Bunda buat sendiri lho dari ember car bekas (ember plastik 25kg)
Disini Bunda memanfaatkan 2 buah ember yang saling menumpu. Ember yang atas diberi lubang-lubang di bagian dasar sehingga bentuknya seperti saringan/sarangan dandang.
Sebelumnya sempat membuat hanya dengan 1 ember, namun daya tampungnya kecil untuk menampung sampah dapur yang setiap hari ada.
Ohya, lubangnya jangan terlalu besar. Bunda melubangi dasar ember menggunakan ujung solder.
- Siapkan sisa kompos / tanah humus
Sisa kompos / tanah humus ditaburkan di posisi paling bawah (diatas saringan / sarangan/lubang-lubang).
Apa gunanya Bun?
Bahan dasar ini akan menjadi starter, dimana di sisa kompos atau tanah humus otomatis sudah ada microorganisme yang akan melaksanakan tugas mulia menguraikan sampah/limbah tersebut. Menaburkannya cukup 2-3 genggam saja. Bila tidak ada sisa kompos / tanah humus, bisa digunakan sampah coklat.
- Masukkan Sampah hijau
Setiap hari dimasukkan sisa kulit buah, sisa potongan sayur yang tidak dimasak, kulit bawang, cangkang telur. bila ukurannya besar, lebih baik di potong-potong untuk mempercepat proses penguraian. Biji buah seperti mangga, kedondong bisa dimasukkan dengan catatan ketika panen mungkin masih utuh, tetapi bisa digunakan untuk starter berikutnya. Berulang kali dimasukkan dalam proses, lama-lama akan terurai. Atau bila sudah lunak, bisa dicincang dan dimasukkan ke dalam wadah kompos.
Berapa banyak sampah hijau dimasukkan, ditakar ya. Karena untuk menghasilkan kompos yang 'cantik' perbandingan sampah hijau dan sampah coklat harus sesuai yaitu 1:3 dimana sampah coklat lebih banyak dibanding sampah hijau.
Ohya, sampah hewani seperti insang ikan, tulang ayam dll dilarang masuk untuk proses kompos metode ini, karena akan menimbulkan bau tidak sedap. Sisa buangan hewan lebih tepat untuk metode yang langsung berhubungan dengan tanah. Nanti akan Bunda bahas dalam kesempatan berbeda.
- Masukkan sampah coklat
Mengingat di perkotaan sampah coklat yang berupa daun kering atau ranting sulit untuk ditemukan, Bunda mendapat solusi dengan memanfaatkan limbah serutan kayu dari toko bangunan. Materinya sudah pasti kering dan juga termasuk limbah yang dibuang begitu saja. Alternatif lain bisa juga memanfaatkan sabut kelapa namun jemur dahulu hingga kering (sekitar 2-3 hari di terik matahari).
Komposisi sampah coklat diperhatikan ya, mengapa? untuk menghindari 'becek' karena terlalu banyak air. Sampah coklat juga berfungsi menghisap air yang ada. Dari pengalaman Bunda, jika kelembaban kompos sudah sesuai hewan seperti belatung tidak terlalu banyak dan kompos tidak bau.
Kompos yang menimbulkan bau tidak sedap dan menggangu, kemungkinan besar karena terlalu basah. Wadahpun harus ditutup rapat agar tidak diganggu binatang, baik kucing ataupun serangga (lalat, semut). 2-3 hari sekali media diaduk, agar oksigen masuk disela-selanya karena proses kompos dengan metode ini memanfaatkan oksigen untuk membantu penguraian (proses Aerob).
- Kompos Matang
Sampah hijau dan coklat bergantian dimasukkan setiap hari, hingga penuh. setelah penuh, tutup hingga kompos matang.
Ciri-ciri kompos matang:
- berwarna gelap
- lembab (tidak berair dan tidak kering)
- aroma segar (khas aroma tanah lembab)
Gimana ni? tertarik untuk mencoba? Jangan mau kalah dong dengan Bunda 😄
Semoga bumi yang kita cintai ini selalu terjaga dan bisa kita wariskan untuk generasi mendatang. Mengelola dan membuat kompos dari sampah adalah bagian dari cara kita menjaga bumi.
Ohya, beberapa kali Bunda juga sudah mulai berbagi info seputar sampah dan lingkungan, bisa dilihat di Instagram Bunda. Dan bila ingin mengetahui juga tulisan-tulisan Bunda lainnya bisa ngintip Facebook Novi Andari dan Instagram Novi Andari wadah ekspresi dan inspirasi.
🍀 Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai 🍀
Bisa menjadi solusi untuk urban farm. Buat kompos dari sampah rumah,bisa menjadi media bertanam sayuran, kembali digunakan lagi untuk memenuhi kebutuhan rumah. Pokoknya keren,apalagi dengan kelompok pemuda tadi. Semoga semakin banyak anak muda yang berkontribusi pada lingkungan.
ReplyDeleteAamiin... Rumah bersih, lingkunganpun hijau
ReplyDeleteUntuk membantu melestarikan alam dan memulihkan pencemaran tanah, memang pemisahan sampah itu sangat diperlukan, ya Bun. Bahkan kalau bisa juga diubah menjadi kompos agar irit. Sisa makanan masih bisa dikonversi menjadi cuan, istilahnya jadi nggak rugi-rugi amat, ehe... :D
ReplyDeleteGak ada ruginya.. Kecuali kalau mager 😃
DeleteKarena jawaban sebagian orang yg Bunda ajakin ngompos.. 🤭
pernah membuat kompos buatan, tapi ngak bertahan lama,, keburu males ... ha ha
ReplyDeleteYups... Itu memang kendala terbesar
DeleteDirumah, perlahan udah praktekkan buat pupuk kompos sendiri mbak. Namun tetap saja ada rasa was-was kedepannya bagaimana. Krn minim kesadaran dlm memilah smpah kan masyrkt kita
ReplyDeleteYang penting kita mulai dari diri sendiri...
DeleteInformasinya lengkap banget bun,,
ReplyDeleteJadi ingat kompos di rumah yg sudah lama tak disapa..huhu..
Semoga bisa semangat ngompos lagii...
Alhamdulillah.... Lanjutkan yuks...
Deletebermanfaat sekali bun. Bisa dipraktekan di rumah ya
ReplyDeleteIya dong... Lanjut yok
ReplyDeletewaaah suka banget baca ini bun, lagi belajar banget buat ngelola sampah. oiya bun, setelah penuh dan kemudian ditutup, dibiarin aja ya sampai mateng? kira2 berapa lama matengnya?
ReplyDeletebaru liat videonya kemudian, dan ternyata pertanyaanku terjawab di video
DeleteSorry baru buka blog.
DeleteSeelamat mencoba...
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSeruu ya sepertinya mbak untuk belajar membuat kompos.. pengen juga bisa nyobain ini dirumah. Dulu ada teman yang juga membuat pupuk kompos dari sisa rumah tangga gitu untuk tanaman-tanamannya. Terima kasih ya mbak Dina atas informasinya ini
ReplyDeleteAyo mbak di coba... Luamyan lho. Rumah jadi bersih halaman jadi hijau. Syukur2 bisa menjadikan halaman sumber bahan dapur
DeleteMakasih infonya, Bunda. Sepertinya saya masih harus banyak belajar tentang persampahan ini. Dan harus mulai dipraktikkan juga, ya. Sukses terus, Bunda 👍👍
ReplyDeleteAyo belajar dan mencoba. Asyik lho...
DeleteMantap bun artikelnya. Pengen nyoba, tapi suka mager ngawalinnya. Tapi, kudu dicoba sih ini buat manfaatin sampah, kali aja bisa meminimalisir tumpukan sampah di tempat penampungan sampah.
ReplyDeleteSemua Bunda mulai ketika mata mulai terganggu melihat sampah kota yg di buang di pinggiran bahkan masuk ke sungai
DeleteHmm.. iya ya.. kadang-kadang masih suka malu karena walaupun ada tempat yang menyediakan tempat sampah organik dan nonorganik, aku masih suka buang ke tempat yang asal aja. Aku baru ngerti kalau ternyata sampah organik juga dibagi dua macam. Makasih banyak info nya ya mba
ReplyDeleteMemang berat memulai, Bundapun dulu begitu...
Deleteaku sendiri belum pernah nih bikin pupuk kompos sendiri, sebenernya menarik karena bisa hemat juga tapi keburu males 😭
ReplyDeleteSama... Bunda juga dulu begitu
DeleteSampah rumah tangga ini memang meresahkan ya Buda, jadi harus dikelola dengan cara yag cerdas agar bisa dimanfaatkan lagi dan untuk sampah 3R itu juga perlu penaganan cukup serius, mengingat jumlah sampah di bumi ini sudah sangat banyak.
ReplyDeleteYa betul. Nunggu bergerak bareng susah... Mendingan masing-masing menyadari fungsinya sesuai porsi
Deletemisah-misahin sampah di dapur kadang yang enggak telaten. padahal kalau sejak awal dipisah, memang bisa lebih mudah penanganannya ya, mbak. peer nih buat aku, biar enggak males misahin sampah dapur, hehe
ReplyDeleteHehe... Ayoklah... Buat aja tempat berbeda.
DeleteSampah dapur udahlah bau, benyek, banyak lagi... Mendingan disatukan. Biar benyek bareng
Aku jadi inget papa ku suka bikin kaya begini. Setiap sisa makanan bisa jadi pupuk, atau kadang diolah lagi buat jadi makanan ikan
ReplyDeleteYok belajar sm Papa
DeleteSampah rumah tangga ternyata bisa dbuat kompos ya... Makasih ya sharingnya... ini sebenarnya berguna banget ya untuk ngurangi sampah...jadi kayak daur ulang...Tapi kudu ngelawan malesnya dulu :(
ReplyDeleteAyok perang melawan males dan mager... Hehe
DeleteKakak saya juga sering memanfaatkan sampah untuk dibuat pupuk, bun. Namun saat ini hasilnya sudah banyak, sayang tidak terdistribusi dg baik sehingga numpuk di rumah.
ReplyDeleteKita memang harus peduli dengan lingkungan. Kalau bukan kita yang mengelola bumi biar lebih nyaman untuk dihuni, siapa lagi kan?
Wah sayang dong komposnya nganggur. Gara gara kompos Bunda jadi suka bertanam... Lumayan sawi organik makan sendiri... Manisss
DeleteAih, bikin kompos, pun sampahnya harus dipilah dan ada takarannya. Pas baca sampah hewani gak bisa dicampur, waduh. Emang ini yang susah. Nunggu materi berikutnya, deh.
ReplyDeleteBunda lagi belajar methode yg bisa gabung sampah hewani... Percobaan dulu baru nulis yaa...
DeleteNah sementara.. Sampah sayur aja dulu di kompos. Banyakan sampah hijau lho dibanding hewani. Apalagi bersih bersih nya rata rata di pasar kan?
Padahal kalo mau sedikit bersusah payah bikin kompos gini bisa jauh lebih hemat dan lebih bagus juga buat pertumbumbuhan taneman ya mbak. Cjma kadang malesnya itu. Aku simpen ya mbak mumpung lagi banyak di rumah mo nyoba ah bikin kompoa sendiri
ReplyDeleteYuk buat.. Asik lho. Apalagi kalau nemu belatung atau gendot.. Haha.. Makin semangat
DeleteWow keren banget Mbak sudah sampai ada tahap membuat kompos dari sampah sisa rumah tangga, aku baru rutin siram tanaman pakai air cucian beras plus sisa kulit bawang dan kuit telur hehehe
ReplyDeleteYuk lanjut dengan sampah lain
ReplyDelete